Jumat, 05 April 2013

REVIEW FILM BEFORE SUNRISE (1995) & BEFORE SUNSET (2004): LOVE AT FIRST SIGHT



Disuatu Minggu sore yang mendung tanggal 11 Maret 2012, kosanku sangat sepi, seperti weekend-weekend biasanya. Disaat kesepian ini saya memutuskan untuk menonton film saja. Namun, saking banyaknya film-film yang belum ditonton, saya sampai bingung mana yang harus saya tonton dulu. Ketika saya memilih film, mata saya langsung tertuju pada folder yang berisi film Before Sunrise. Saya ingat, film tersebut diberikan oleh teman saya, Sakti, sekalian dengan sekuelnya, Before Sunset. Pada saat mencopy film itu, Sakti berkata bahwa film-film tersebut hanya dipenuhi dialog-dialog di sepanjang film. Namun, justru itulah yang membuat saya semakin penasaran dengan film ini.
Before Sunrise, yang rilis tahun 1995, diawali dengan setting di sebuah kereta api. Dalam kereta ada pertengkaran kecil antara pasangan suami istri yang menggunakan bahasa Jerman. Karena sebab itulah, ada seorang penumpang dalam kereta tersebut bernama Jesse, berkenalan dan memulai pembicaraan dengan seorang penumpang lain yang bernama Celine. Dari situlah kisah mereka berawal. Jesse adalah seorang turis dari Amerika yang bepergian keliling Eropa, sedangkan Celine wanita asal Paris yang baru saja pulang menjenguk neneknya di Budapest. Setelah terlibat pembicaraan yang menarik dan akrab sepanjang perjalanan. Jesse, yang akan turun di Wina, memberanikan diri mengajak Celine untuk turut serta turun di Wina, padahal tujuannya ke Paris. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Celine mengiyakan ajakan Jesse untuk menghabiskan malam bersamanya. Ya, cuma semalam. Karena keesokan harinya Jesse harus kembali ke Amerika dari Wina.
Sesampainya di Wina mereka pergi ke tempat-tempat wisata, yang membuat saya sedikit mengerti tentang keindahan Wina. Selain itu, mereka pergi ke bar dan juga taman kota. Nah, kalau sekedar berwisata seperti itu tentunya akan membosankan. Namun, sang sutradara, Richard Linklater, memberi kekuatan lebih di film ini dengan banyaknya dialog-dialog sebagai bumbu penyedap. Mereka saling bercanda dan saling bertukar cerita tentang keluarga sampai cerita kehidupan pribadi masing-masing, sehingga mereka dengan cepat saling mengenal satu sama lain. Mereka berdua benar-benar memaksimalkan malam, yang mungkin bakal mereka kenang selamanya, sampai matahari terbit. Keesokan harinya barulah mereka berpisah. Jesse mengantar Celine ke stasiun. Sebelum berpisah, mereka berjanji untuk bertemu kembali di Wina 6 bulan sejak malam terindah mereka, di stasiun itu, dan tepatnya di jam 18.00.
Dari semua dialog, ada dialog yang menurut saya sangat berkesan. Dialognya saya kutip dari www.imdb.com. Begini dialognya.
“Jesse membalikkan badan Celine dan memegang tangannya, lalu...
Celine: What?
Jesse: Uh... I'm gonna take your picture. So I never forget you or, uh, or all this.
Celine: Okay. Me too.”
Dialog-dialog yang ada dalam film tersebut sangat menarik dan “berisi”, sehingga tidak membosankan untuk dilihat. Ditambah lagi settingnya yang menampilkan keindahan kota Wina yang terkenal dengan bangunan-bangunan tua nan bersejarahnya itu. Sungguh menarik dan kurang klop rasanya kalau tidak melihat lanjutannya, yaitu Before Sunset. Tanpa pikir panjang saya pun langsung memutarnya.
Berbeda dari Before Sunrise, film Before Sunset, yang dirilis 9 tahun sesudahnya, mengambil setting di kota indah Eropa yang lain, Paris. Digambarkan Jesse telah menjadi penulis buku yang sukses yang telah berkeliling dunia. Kedatangan Jesse ke Paris untuk promosi bukunya yang terbaru. Bukunya sendiri bercerita tentang kisah dia dan Celine di Wina. Namun, tanpa disangka, Celine datang ke acara tersebut. Jesse sangat terkejut dan seolah-olah tidak percaya bisa bertemu lagi dengan Celine. Celine pun dibuat terkejut bahwa Jesse benar-benar menepati janjinya kembali ke Wina dalam waktu enam bulan sesuai yang telah disepakati. Hal itu membuat Celine merasa sangat bersalah karena dia tidak bisa memenuhi janjinya yang disebabkan neneknya meninggal.
Mereka tampak tidak canggung walaupun 9 tahun tidak bertemu. Saling bertukar cerita dan saling bercanda mewarnai nostalgia mereka di Paris, walaupun waktu (lagi) jadi hambatan karena malam harinya (lagi-lagi) Jesse harus kembali ke Amerika. Mereka berdua sudah lebih dewasa dan memiliki kehidupan yang hebat. Jesse sudah menikah dan memiliki seorang anak. Namun, Jesse mengalami masalah keluarga dimana dia merasa sudah tidak cocok lagi dengan istrinya. Dia berkata bahwa dia sangat menyesal dulu tidak jadi bertemu dengan Celine. Dia beranggapan bahwa keadaannya bakal berubah jikalau mereka bertemu lagi di Wina, sesuai janji mereka. Sedangkan Celine belum menikah. Dia berpikir tidak pernah dinaungi keberuntungan dalam masalah percintaan karena selalu saja ada masalah yang terjadi. Terlihat sekali masih ada romansa di antara mereka.
Durasi film Before Sunset ini termasuk sebentar dibandingkan dengan Before Sunrise dan saya pun merasa kurang puas. Tapi, dialog-dialognya (lagi) membuang rasa ketidakpuasan saya itu. Menurut saya, dua film tersebut merupakan film romantis terbaik yang pernah saya lihat. So romantic!
Setelah melihat kedua film tersebut, ada nilai yang bisa saya tarik, yaitu kekuatan cinta yang besar meskipun hanya dari kata-kata. Karena dengan kata-kata tersebut bisa menyihir seseorang untuk jatuh cinta kepada lawan jenisnya. Dan dengan kata-kata pula, kita bisa mengungkapkan perasaaan kita kepada seseorang yang kita cintai.

3 komentar:

  1. yang kangen mw nonton lagi silahkan :D

    http://indomovie.us/blog/before-sunset-2004.html

    BalasHapus
  2. Saya juga suka film ini, kebetulan saya ada koleksinya, silahkan kunjungi blog saya :D
    Before Sunset [ 2004 USA BrRip 720p YIFY Audio English Subtitle English, Indonesia 600 MB ]

    http://bioskop21free.blogspot.com/2014/10/before-sunset-2004-usa-brrip-720p-yify.html

    Koleksi juga: 500 Film Terbaik Sepanjang Masa

    BalasHapus