Disuatu Minggu sore
yang mendung tanggal 11 Maret 2012, kosanku sangat sepi, seperti weekend-weekend biasanya. Disaat
kesepian ini saya memutuskan untuk menonton film saja. Namun, saking banyaknya
film-film yang belum ditonton, saya sampai bingung mana yang harus saya tonton
dulu. Ketika saya memilih film, mata saya langsung tertuju pada folder yang
berisi film Before Sunrise. Saya ingat, film tersebut diberikan oleh teman
saya, Sakti, sekalian dengan sekuelnya, Before Sunset. Pada saat mencopy film itu, Sakti berkata bahwa
film-film tersebut hanya dipenuhi dialog-dialog di sepanjang film. Namun,
justru itulah yang membuat saya semakin penasaran dengan film ini.
Before Sunrise, yang
rilis tahun 1995, diawali dengan setting di sebuah kereta api. Dalam kereta ada
pertengkaran kecil antara pasangan suami istri yang menggunakan bahasa Jerman. Karena
sebab itulah, ada seorang penumpang dalam kereta tersebut bernama Jesse, berkenalan
dan memulai pembicaraan dengan seorang penumpang lain yang bernama Celine. Dari
situlah kisah mereka berawal. Jesse adalah seorang turis dari Amerika yang
bepergian keliling Eropa, sedangkan Celine wanita asal Paris yang baru saja
pulang menjenguk neneknya di Budapest. Setelah terlibat pembicaraan yang
menarik dan akrab sepanjang perjalanan. Jesse, yang akan turun di Wina,
memberanikan diri mengajak Celine untuk turut serta turun di Wina, padahal
tujuannya ke Paris. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Celine mengiyakan ajakan
Jesse untuk menghabiskan malam bersamanya. Ya, cuma semalam. Karena keesokan
harinya Jesse harus kembali ke Amerika dari Wina.
Sesampainya di Wina
mereka pergi ke tempat-tempat wisata, yang membuat saya sedikit mengerti
tentang keindahan Wina. Selain itu, mereka pergi ke bar dan juga taman kota.
Nah, kalau sekedar berwisata seperti itu tentunya akan membosankan. Namun, sang
sutradara, Richard Linklater, memberi kekuatan lebih di film ini dengan banyaknya
dialog-dialog sebagai bumbu penyedap. Mereka saling bercanda dan saling
bertukar cerita tentang keluarga sampai cerita kehidupan pribadi masing-masing,
sehingga mereka dengan cepat saling mengenal satu sama lain. Mereka berdua
benar-benar memaksimalkan malam, yang mungkin bakal mereka kenang selamanya,
sampai matahari terbit. Keesokan harinya barulah mereka berpisah. Jesse
mengantar Celine ke stasiun. Sebelum berpisah, mereka berjanji untuk bertemu
kembali di Wina 6 bulan sejak malam terindah mereka, di stasiun itu, dan
tepatnya di jam 18.00.
Dari semua dialog, ada
dialog yang menurut saya sangat berkesan. Dialognya saya kutip dari www.imdb.com.
Begini dialognya.
“Jesse
membalikkan badan Celine dan memegang tangannya, lalu...
Celine: What?
Jesse: Uh... I'm gonna take your picture. So I never forget you or, uh, or all this.
Celine: Okay. Me too.”
Jesse: Uh... I'm gonna take your picture. So I never forget you or, uh, or all this.
Celine: Okay. Me too.”
Dialog-dialog yang ada
dalam film tersebut sangat menarik dan “berisi”, sehingga tidak membosankan
untuk dilihat. Ditambah lagi settingnya yang menampilkan keindahan kota Wina
yang terkenal dengan bangunan-bangunan tua nan bersejarahnya itu. Sungguh
menarik dan kurang klop rasanya kalau tidak melihat lanjutannya, yaitu Before
Sunset. Tanpa pikir panjang saya pun langsung memutarnya.
Berbeda dari Before
Sunrise, film Before Sunset, yang dirilis 9 tahun sesudahnya, mengambil setting
di kota indah Eropa yang lain, Paris. Digambarkan Jesse telah menjadi penulis
buku yang sukses yang telah berkeliling dunia. Kedatangan Jesse ke Paris untuk
promosi bukunya yang terbaru. Bukunya sendiri bercerita tentang kisah dia dan
Celine di Wina. Namun, tanpa disangka, Celine datang ke acara tersebut. Jesse
sangat terkejut dan seolah-olah tidak percaya bisa bertemu lagi dengan Celine. Celine
pun dibuat terkejut bahwa Jesse benar-benar menepati janjinya kembali ke Wina
dalam waktu enam bulan sesuai yang telah disepakati. Hal itu membuat Celine
merasa sangat bersalah karena dia tidak bisa memenuhi janjinya yang disebabkan
neneknya meninggal.
Mereka tampak tidak
canggung walaupun 9 tahun tidak bertemu. Saling bertukar cerita dan saling
bercanda mewarnai nostalgia mereka di Paris, walaupun waktu (lagi) jadi
hambatan karena malam harinya (lagi-lagi) Jesse harus kembali ke Amerika.
Mereka berdua sudah lebih dewasa dan memiliki kehidupan yang hebat. Jesse sudah
menikah dan memiliki seorang anak. Namun, Jesse mengalami masalah keluarga
dimana dia merasa sudah tidak cocok lagi dengan istrinya. Dia berkata bahwa dia
sangat menyesal dulu tidak jadi bertemu dengan Celine. Dia beranggapan bahwa
keadaannya bakal berubah jikalau mereka bertemu lagi di Wina, sesuai janji
mereka. Sedangkan Celine belum menikah. Dia berpikir tidak pernah dinaungi
keberuntungan dalam masalah percintaan karena selalu saja ada masalah yang
terjadi. Terlihat sekali masih ada romansa di antara mereka.
Durasi film Before
Sunset ini termasuk sebentar dibandingkan dengan Before Sunrise dan saya pun
merasa kurang puas. Tapi, dialog-dialognya (lagi) membuang rasa ketidakpuasan
saya itu. Menurut saya, dua film tersebut merupakan film romantis terbaik yang
pernah saya lihat. So romantic!
Setelah melihat kedua
film tersebut, ada nilai yang bisa saya tarik, yaitu kekuatan cinta yang besar
meskipun hanya dari kata-kata. Karena dengan kata-kata tersebut bisa menyihir
seseorang untuk jatuh cinta kepada lawan jenisnya. Dan dengan kata-kata pula,
kita bisa mengungkapkan perasaaan kita kepada seseorang yang kita cintai.
yang kangen mw nonton lagi silahkan :D
BalasHapushttp://indomovie.us/blog/before-sunset-2004.html
ada link film semi gak...hehe
BalasHapus