Rabu, 27 Februari 2013

REVIEW CINDERELLA MAN (2005): KESEMPATAN KEDUA



Inspirasional! Itulah satu kata yang keluar dari mulutku begitu selesai menonton film Cinderella Man yang dirilis tahun 2005. Ungkapan yang tidak berlebihan, memang, karena melihat begitu banyak nilai yang bisa saya ambil dari film ini. Dalam film tersebut bercerita tentang perjalan karier petinju legendaris Amerika tahun 1920-1930an, James J. Braddock. Penggambaran yang bagus dibuat oleh sang sutradara Ron Howard, yang mana dia merangkum perjalanan karier dan hidup seorang Braddock menjadi sebuah cerita yang menarik dan tidak membosankan.
Cerita diawali dengan kesuksesan Braddock dalam memenangi pertandingan-pertandingan besar tinju Kelas Berat Dunia yang selalu ditandingan di tempat sakralnya para petinju, Madison Square Garden. Hal itu membawa keberkahan tersendiri bagi hidupnya. Kehidupan keluarganya meningkat dengan pesat sebagai dampak dari kesuksesan dirinya. Dia memiliki rumah yang bagus, istri yang cantik, dan keluarga yang bahagia, yang menjadi impian banyak orang. Namun, hidup bagaikan roda yang selalu berputar, kalau kita mengayuh dengan cepat, maka roda akan cepat berada di atas lalu dengan cepat berada di bawah. Seperti itulah yang dialami oleh Braddock. Setelah memenangi banyak pertandingan-pertandingan besar di akhir 1920an, dia melemah akibat umur yang semakin bertambah yang menggerogoti kekuatan tubuhnya. Selain faktor itu, pada tahun 1930an, Amerika mengalami krisis ekonomi yang besar, yang mengakibatkan banyak pengangguran di seluruh Amerika. Braddock pun jatuh miskin. Keluarganya terpaksa pindah ke rumah yang kurang layak di lingkungan yang kumuh. Berbagai barang-barang berharga yang dimilikinya dijual satu persatu demi bertahan hidup. Dia bahkan sampai berhutang kemana-mana dan mencari kerja apapun.
Setelah mencari kerja dimana-mana, dia akhirnya mendapat giliran kerja di dermaga, sebagai kuli, yang bayarannya tentu tidak seberapa. Namun dia tetap bersyukur kepaad Tuhan dan selalu bersikeras mempertahankan keluarganya dalam dekapannya, sampai-sampai dia tidak mengizinkan istrinya untuk menitipkan anak-anaknya ke saudaranya. Karena jika itu terjadi, dia telah ingkar janji kepada anaknya. Kehidupan sulit tersebut dialami Braddock beberapa tahun sampai akhirnya Joe, pelatih dan manajernya, menawarinya kembali ke ring tinju untuk satu pertandingan saja. Tanpa pikir panjang Braddock menerima tawaran tersebut. Tanpa disangka dia memenangkan pertandingan melawan Corn Griffin. Semua orang takjub. Di usia yang tidak muda lagi, dia masih bertarung dengan penuh semangat, layaknya petinju yang masih muda.
Joe sigap dengan keadaan seperti itu. Dia menawari Braddock keluar dari kerjanya di dermaga untuk kembali berlatih dan bertanding tinju. Istri Braddock sangat menentang keputusan suaminya untuk comeback di ring tinju. Bagaimana tidak, dia mengkhawatirkan kondisi suaminya akan mengalami cedera-cedera yang parah di olahraga yang mempertaruhkan nyawa tersebut, sekalipun akan menghadirkan uang dalam jumlah yang banyak. Namun, hal itu tidak dihiraukan oleh Braddock karena yang ada dalam kepalanya hanya semata-mata ingin membahagiakan keluarganya dan bangkit dari keterpurukan. Dia pun percaya bahwa inilah kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan, sehingga dia tidak mau menyia-nyiakannya. Braddock melakukan pertandingan keduanya melawan John Henry Lewis dan dia menang, untuk kemudian menantang Lasky di pertandingan selanjutnya, yang membuat dia mendapat julukan Cinderella Man. Setelah itu tawaran untuk tanding semakin sering, salah satunya pertandingan perebutan juara dunia Kelas Berat melawan Max Baer. Hal itu dapat terjadi karena penantang utamanya berhalangan tampil karena sakit, maka Joe menawarkan pertandingan tersebut kepada Braddock.
Sebelumnya, Max Baer telah membuat dua petinju tewas di ring karena bertanding dengannya. Karakter bertinju yang mengerikan dari Max Baer itu tidak membuat takut Braddock. Dia siap melawannya dan menerima segala konsekuensinya. Istrinya sempat memohon kepada Braddock agar menolak tawaran tanding tersebut, namun dienyahkannya. Tibalah pada hari pertandingan. Penonton memenuhi kursi Madison Square Garden dan meneriakkan nama Braddock. Hal itulah yang membuatnya lebih bersemangat untuk bertanding.  Dia memulai pertandingan dengan baik dan terus menyerang Max Baer sepanjang pertandingan tanpa kenal lelah, walaupun rusuknya mengalami cedera akibat pertandingan sebelumnya. Namun, akhirnya, Braddock dinyatakan menang angka oleh juri dan berhak mendapatkan sabuk juara dunia. Setelah itu diceritakan kehidupannya semakin membaik dan keluarganya hidup bahagia di New Jersey, yang juga tempat kelahirannya.
Itulah kisah James J. Braddock, sang Cinderella Man. Ada beberapa nilai yang bisa saya ambil dari film ini bahwa di balik karakternya sebagai petinju, Braddock merupakan seorang suami, ayah, dan kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarganya apapun keadaannya. Dia tidak pernah lelah dan menyerah terhadap keadaan buruk yang menimpanya karena dia selalu bersyukur kepada Tuhan atas nikmat yang diperolehnya. Satu hal lagi yang bisa ditangkap bahwa Tuhan akan selalu memberikan kesempatan kedua bagi makhluknya untuk berubah. Kita harus memanfaatkannya dengan baik karena Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum tersebut untuk berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar